Jumat, 05 Agustus 2011

dunia tenun



SEJARAH SINGKAT TENUN TROSO JEPARA


Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kaupaten Jepara adalah merupakan sentra kerajinan Tenun Ikat dan merupakan produk unggulan Kabupaten Jepara setelah industri mebel. Desa ini terletak sekitar 15 Km arah Tenggara Kota Jepara.
Banyaknya pengerajin yang berkebang saat ini mennjadikan Troso semakin dikenal luas sebagai clastre home industry kain ATBM ( alat tenun bujkan mesin ). Sesuai dengan perkembangan pasar, permintaan terhadap produk Tenun Ikat Troso pun semakin berkembang mengikuti permintaan konsumen. Motif khas yang bernuansa etnis, tradisional, klasik, dan unik pun masih dipertahankan disamping motif kontemporer modern. Produk yang dihasilkan antara lain Kain Sutra, Sajadah, Bed Cover, Blangket, Sarung, Kain, Mersis (bahan Baju dan Rok), Place met, Taplak Meja dan produk-produk menarik lainnya.
Perkembangan industri tenun ini telah mencapai 238 unit usaha dan meyerap tenaga keja sebanyak 4.210 orang pada tahun 2005 dengan nilai investasi lebih dari Rp. 1 Milyar. Produksi hingga saat ini telah  mencapai sekitar Rp. 54,5 Milyar.
Industri tenun ini menghabiskan bahan baku sekitar 1.326 ton per tahun dengan nilai bahan baku sekitar Rp. 65,2 Milyar. Bahan baku yang sering dipakai antara lain katun, viskos, sutra alam, serat nanas, rayon,pewarna, rafia. Permasalahan saat ini adalah terbatasnya ketersediaan bahan baku terutama sutra alam. Keterampilan membuat Tenun Ikat sudah dimiliki oleh warga Desa Troso sejak tahun 1935, jauh sebelum kemerdekaan RI. Bermula dari alat Tenun Gedog warisan turun-temurun kemudian sekitar tahun 1943 mulai berkembang alat Tenun Pancal dan kemudian pada tahun 1946 beralih menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATMB) hingga sekarang. Setelah Tenun Troso berkembang serta menjanjikan prospek yang cerah bagi para pengerajin dan pengusaha, Tenun kemudian bukan hanya menjadi monopoli masyarakat Desa Troso, tetapi juga mulai merambah desa sekitarnya, yaitu Desa Sowan Lor dan Desa Pecangaan Kulon, sehingga produksi bahan sandang ini semakin meningkat. Apalagi masuknya inovasi baru berupa desain-desain baru dari perancang mode yang mudah diserap oleh para pengrajin,membuat Tenun Troso melejit
mengungguli tenun ikat daerah lain. Namun sebelum sampai kondisi seperti sekarang ini, dalam setiap kesempatan para pengusaha Tenun Troso senantiasa diajak dan didorong untuk mengikuti berbagai macam pameran, baik yang dilakukan didalam maupu diluar negeri. Setelah serangkaian pameran yang disertai upaya peningkatan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, industri ini semakin dikenal, bukan saja didalam negeri tetapi telah mulai menyibak pintu pasar internasional. Memang untuk merambah pasar internasional ini para pengusha masih mengandalkan pintu pasar Bali, dan beberapa Kota seperti Jogjakarta, Jakarta,Solo dan Pekalongan. Bahkan sebagian desar produk Tenun Ikat Bali yang diekpor adalah buah tangan masyarakat Desa Troso. Pasar ekspor yang sudah ditembus adalah Amerika,Jepang, Eropa, Singapura, dan Afrika malalui pihak ketiga. Disamping itu peningkatan teknologi produksi dan
finishing Tenun Ikat juga terus dilakukan, dengan disertai pemantapan program Bapak angkat dan kemitraan melalui peran serta Koperasi Kerajinan Industri Rakyat (KOPINRA) yang tergabung dalam kelompok Perajin Sentra Tenun Ikat Desa Troso Kecamatan Pecangaan, Jepara. Angin segar dari Gubernur Jawa Tengah dan Bupati Jepara melalui pemakaian Seragam hasil produksi lokal bagi PNS dilingkungan Penerintah Kabupaten Jepara dan Propinsi Jawa Tengah Setiap hari Kamis dan Sabtu juga turut membawa para pengusaha Tenun Troso ini meraih kesuksesan.
Desa Tedunan kecamatan Wedung kabupaten Demak , dulu dikenal sebagai daerah tertinggal sehingga dulu pernah mendapat dana (IDT) Inpres Dana Tertinggal jaman era orde baru . Setelah sekian lama berjalan desa ini mulai bergerak maju untuk mengejar ketertinggalannya dengan desa lainnya. 

Dari sektor ekonomi pendapatan masyarakat desa ini dikenal sebagai daerah yang minus karena kebanyakan warganya hidup sebagai buruh , petani dan nelayan. Sedikit orang yang mempunyai jiwa wiraswasta . Selain modal yang kurang juga kemampuan SDM ( Sumber Daya Manusianya) kurang mendukung.

Salah satu pekerjaan buruh terbanyak di desa ini adalah sebagai pekerja di sektor pemintalan kain manual yang orang menyebutnya sebagai pekerjaan menenun atau membuat kain tenun. Sepuluh tahun yang lalu setiap pagi dari desa ini puluhan orang dengan naik sepeda atau angkutan umum berangkat ke desa Troso kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara yang dikenal sebagai sentranya industry tenun . Di sana mereka bekerja sebagai buruh pembuat kain pada pengusaha tenun ikat dengan cara bayar borongan yang setiap minggunya mendapatkan upah dari hasil jerih payahnya selama satu minggu. 

Tenaga yang terjun ke industry tenun Troso ini selain para remaja yang putus sekolah , wanita dan banyak pula orangtua dewasa. Dari waktu ke waktu jumlah tenaga kerja yang terjun ke industry tenun semakin bertambah , sehingga pada tahun ini jika dihitung ada 100 orang lebih.